Di Bulan Kamu Pernah Ada, Embun Senja.

Ceritanya ini tentang menunggu, tentang sebuah penantian.

Tentang kamu yang pernah ada. Sebuah fatamorgana yang ingin kupatahkan sayapnya. Agar engkau tetap tinggal. Agar elegi pagi tak menyamarkan bayang narasi tentang ini, tentang menunggu. Kini, izinkanlah aku merindu itu, embun…

Hanya untuk kutulis. Mengabadikannya pada hangat semilir kenangan. Menggariskannya sebagai takdir yang harus dan telah kulewati. Tanpa lalu. Hanya itu.

Berdamai dengan hati.

Hai.. Jingga. Apa kabar hatimu hari ini? Hanya itu yang mampu kudengar saat senja mulai melirik. Dan kini engkau menyapa dari balik nada…,

Lalu. Cerita ini belum selesai.